Perjalananku pulang ke kampung halaman
disambut ilalang yang tegap dan tajam
meruncing;menyakitkan mata
gedung yang lesu
warna yang mulai menua
dan tuanya wajah desa
setengah lusin lebih umurku merantau
wajahnya tak berubah
dipenuhi curiga dan hasrat dunia
"Rumah Tuhan bagaimana?"
tertumpuk seperti kotak
berlumut tak berhijab
Ayat Tuhan jarang terbaca
petuah sudah mulai tertumpah
petitih pun mulai merintih
tak peduli;orang lain
yang penting saku sarat akan kesenangan
"Bagaimana dengan alam?"
pucuk-pucuk sawit semakin menjamur
tapi
hak-hak rakyat semakin terkubur
dijual kepada orang yang jauh
nuuuunn di sanaaa
"Rajanya seperti apa?"
Singgasana sering ditinggalkan
duduk
terjongkok
terbahak
kepulan asap rokok
hempasan domino
kedai kopi
ha ha ha ha
sesaat
berlalu
setiap hari
kemudian
"Jangan lupa bagianku. Sakuku masih muat banyak."
"Itu desa di mana?"
nuuuuuunnnn jauh di sana
di antara pucuk-pucuk sawit
diselimuti kepulan asap pabrik
dan
di dekat hati kita yang sadar
sadar akan kebaharuan
juga
sadar akan hati ini terpaut di mana
Muliono hh
2021
2 Komentar
Mantaap 👍
BalasHapusBagus��
BalasHapus