Saat PJJ, Gawai Lebih Sering Dibuat Main game?



Pandemi covid-19 ini, banyak sekali menimbulkan masalah. Tidak hanya di dunia kesehatan, ekonomi, tetapi juga di dunia pendidikan. 


Dampak yang paling berat mungkin dirasakan oleh emak-emak. Pekerjakan rumah yang sudah melimpah, kini  bertambah satu lagi, mengawasi anak-anak belajar, bahkan mungkin sekaligus mengajar. Menjadi guru dadakan untuk anak-anaknya. 


Jika anaknya satu, mungkin masih bisa diatasi. Namun, kalau sudah lebih dari satu, emak-emak mulai kewalahan. Apalagi, jika keluarga tersebut tergoloang kurang mampu. Hanya memiliki satu gawai, jika belajar harus bergantian. 


Masalah penggunaan gawai atau smartphone banyak yang mengeluhkan. Terutama orang tua yang terpaksa memberikan anaknya gawai satu persatu. Seperti dua sisi mata pisau. Ada sisi positif dan negatifnya. 


Sisi positif, anak-anak bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan sekolah dengan leluasa. Mereka bisa mengakses pembelajaran kapan dan di mana saja mereka mau. 


Sisi negatifnya, bagi anak-anak yang hobi bermain game, tentu ini kesempatan mereka untuk memanfaatkan waktu yang sangat luang pada kondisi saat ini. Misal, mereka belajar di grup whatsapp atau clasroom, mereka cukup absen saja, setelah itu lanjut bermain game dan meninggalkan kelas. Toh, nantikan bisa mengerjakan tugasnya atau tidak usah dikerjakan. 


Mungkin, tidak banyak kejadian seperti cerita tersebut. Namun, ada beberapa orang tua yang mengalaminya. Mereka tidak mampu menasihati atau memang tidak ada waktu untuk mengawasi. Sehingga anak-anak bebas mengatur waktunya sendiri. 


Kondisi seperti tersebut sangatlah berbahaya. Menurut teori, manusia hanya membutuhkan 22 hari untuk membentuk kebiasaan baru. Kondisi pandemi saat ini, sangat berpeluang besar menciptakan habit baru bagi anak-anak. Salah satunya adalah bermain game. Jika sudah menjadi kebiasaan, tentu ini akan sulit mengubahnya apalagi memberhentikannya. 


Namun, setiap masalah pasti ada solusinya. Jika Ayah atau Bunda, menemukan kondisi anak seperti cerita tersebut atau memang mengalami secara langsung, Ayah Bunda bisa mengikuti tips saya berikut ini:


1. Anak tidak bisa dilarang secara langsung

Kita harus menyadari, dunia mereka saat ini tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya gawai atau smartphone, karena sudah menjadi kebutuhan. Oleh sebab itu, kita tidak bisa secara otoriter menyita gawai yang sudah kita berikan lalu kita simpan di tempat yang tidak mereka ketahui. Jika ini dilakukan, mereka akan mebrontak, bahkan melawan. Apalagi usia mereka sudah remaja atau dewasa. Jadi, apa yang harus kita lakukan? Ya, membatasi atau membuat regulasi penggunaanya. Bagaimana caranya? Kita lanjut ke tips kedua. 


2. Membuat aturan pemakaian gawai secara diskusi dan resmi. 

Kita lakukan diskusi dengan anak. Kita bahas dampak dari bermain game yang berlebihan. Jika fikiran mereka sudah terbuka, kita mulai membuat urutan kegiatan secara tertulis. Waktunya harus jelas. Kita tulis kegiatan mereka seharian itu apa saja. Detilkan jamnya, supaya lebih jelas. Tulis juga keterengan di bawah, jika melanggar akan diberi sangsi apa. Setelah itu, ditandatangai oleh anak dan orang tua. Berjanji bersama, berkomitemen untuk menjalankan. Namun, aturan yang kita buat harus fleksibel, tidak monoton. Kondisional, tetapi tetap tegas dengan aturan yang telah dibuat. 


3. Konsisten dan tegas 

Setelah selesai menyusun agenda harian, tinggal lagi menjalankannya. Untuk di awal, mungkin akan terasa berat, kerena akan membentuk kebiasaan baru lagi. Namun, dengan didukung oleh orang tua, anak akan merasa tidak sendirian menjalankan hal tersebut. Ketika ada pelanggaran, harus diberi sangsi sesuai dengan yang disepakati. Ini untuk meyakinakan kepada mereka bawa kita serius untuk hal tersebut. Mereka juga akan melakukannya dengan sungguh-sungguh. 


4. Meluangkan waktu untuk mereka. 

Luangkan waktu khusus untuk anak. Diskusi, makan bersama, bermain bersama, atau kegiatan positif lainnya. Ini akan membangun hubungan yang baik antar anak dengan orang tua. Sehingga, mereka merasa dianggap ada. 


Empat tips sederhana ini semoga bisa mengubah kebiasaan anak bermain gadget selama PJJ ini. Ini pandangan pribadi saya, bisa salah dan bisa benar. Semoga bermanfaat. :)

Reações:

Posting Komentar

0 Komentar