Melepas Candu


sore itu
aku diajak untuk menikmati opium si kulit bundar 

aku,
yang sudah lama tidak menikmatinya, tentu hipotalamus langsung meresponnya dengan cepat

aku kejar waktu yang fana
untuk menjemput pembungkus tubuh
mengindari busur mata iblis

kemudian
aku memasuki lapangan semi hijau itu
memulai langkah demi langkah
menyapu pandangan
mengatur nafas
melemaskan otot-otot kaku
mencairkan suasana beku
dengan orang-orang yang dulunya senafas denganku

suara toa tua
mengiringi permainan usang ini
wajah-wajah lama
namun
aku baru mengenalnya sore ini

bola ke sana kemari
kaki loncat-loncatan
lisan saut-sautan
hanya aku
yang mengamati suasana hati mereka

deru angin memeluk tubuh
debu berterbangan melepasnya
suasana senja semakin terasa
mega merah hampir memenuhi langit

semakin berlari
membuat nafasku tersengal
sesekali aku berpura
memperbaiki tali sepatu
untuk mengulang nafasku yang semakin uzur

seketika
semua dari keseblasanku
tertunduk lesu
mendengar pluit panjang
3 gol melesat ke gawang kami
pertanda pertandingan berakhir
bersalaman; saling bertukar hati

permainanpun usai
hingga gelapun jatuh
di lapangan Monti Dubalang itu
keletihan tak bisa disembunyikan
letih zahir dan bathin

apalagi
letih desa Genduang
yang semakin hari
pupus ditelan waktu
menua;berlalu

Muliono hh
2019

Reações:

Posting Komentar

0 Komentar