Sumber Foto: ceritadongeng.web.id |
"Memang siapa yang lebih jago dariku dalam menguasai dunia ini?" Teriak sang Raja Kodok lantang.
Spontan semua tertunduk. Tak satupun berani menatap. Raja Kodok terkenal dengan kekuatan fisiknya. Dia bisa mengalahakn 10 kodok sekaligus jika sedang berlatih bela diri. Prajurit dan petinggi raja sangat setia kepada dia. Sehingga sulit untuk menubangkan kekerajaanya. Warga sangat menakutinya. Apapun perintah Raja Kodok, selalu dituruti warganya, walupun kondisi terpaksa.
Pernah suatu ketika, Sang Raja Kodok meminta warga membayar upeti ke kerajaan lebih mahal daripada biasanya. Sang Raja sengaja meminta upeti lebih karena ingin mengadakan pesta di kerjaan tersebut. Demi kepentingan pribadinya, warga dipaksa membayar upeti tersebut.
"Ini tidak bisa dibiarkan Pak kepala suku. Mentang-mentang dia Raja, tidak semestinya kita dibuat susah seperti ini," keluh seorang warga kepada kepala suku mereka
"Bagimana lagi? Dia raja kita. Melawanpun kita tak sanggup. Kita hanya warga biasa," jawab kepala suku lesu
Warga terpaksa memenuhi permintaan Raja Kodok tersebut. Jika tidak mampu membayar, prajurit utusan raja mengambil paksa barang-barang warga. Bahkan, sebagian warga terluka parah karena mempertahankan harta bendanya.
"Aku Raja kodok. Tak mungkin ada yang lebih kuat dan lebih besar dari aku," lanjut sang kodok menunjukkan tububnya yang tinggi besar dan dadanya yang bidang.
Tegak bercekak pinggang, turun dari tunggangnnya. Rakyat yang berada disitu semakin takut menatapnya.
Isu tentang hewan yang lebih kuat dari Raja kodok, sebenarnya sudah lama tersebar di tengah masyarakat. Namun, hari itu, raja kodok baru mengetahuinya, sehingga, raja kodok langsung menantang hewan tersebut. Mencari dipemukiman warga, hingga keseluruh penjuru kekuasaanya. Namun, hewan itu tak juga keluar.
"Ayo keluar, kalau kamu memang lebih kuat dari aku," teriak sang raja
"Kalian yang di sini semua (sambil menunjuk warga yang bertekuk lutut di depannya), siapa yang mengetahui keberadaanya?"
Semua terdiam. Tak satupun yang menyaut. Tak ada yang berani. Raja kodok pun semakin marah melihat keadaan itu. Matanya nanar. Mukanya memerah.
"Kalau tidak ada satupun yang memberi tau, Aku akan pancung kalian semua!" Ancam sang Raja
Sontak semua semakin takut. Warga saling tatap-tatapan. Berharap ada satu orang yang berani mengeluarkan suaranya.
"Ampun tuan" dari arah sebalah barat, terdengar suara dari seorang warga. Semua mata tertuju kepadanya.
"Ampun tuan, tolong jangan bunuh kami semua. Sebenarnya kami semua tidak tau persis hewan yang besar itu seperti apa. Kami hanya mendengar isu. Kami tidak tau, dia ada apa tidak...."
"Lalu siapa yang menyebarkan isu ini!?" Raja kodok memotong perkataan warga tadi dengan berteriak.
"Apakah kalian meragukan kekuatanku. Apakah kalian tidak mau mengikuti perintahku lagi. Perlu kalian tau semua (menunjuk ke warga). Aku Raja Kodok, adalah kodok terkuat di muka bumi ini. Tidak akan ada yang mampu mengalahkan aku. Apapun hewannya, aku tidak takut. Apalagi kalian semua ini. Camkan itu," Murka Raja kodok semakin menjadi.
Sambil berdiri dari tunggangannya. Membusungkan dada. Memasang muka murka, kodok bercekak pinggang.
Tiba-tiba dari arah belakang sang Raja, terdengar suara berisik dari tengah hutan. Sontak semua kaget, melihat ke arah suara tersebut. Perlahan, terlihat ekor seekor hewan yang berukuran besar. Perlahan, tubuh hewan tersebut semakin terlihat semua. Dia berjalan mundur. Seperti katakutan. Ternyata itu adalah seekor anak sapi yang terpisah dari rombongan indukanya. Dia tersesat di tengah hutan. Kebingungan mencari jalan pulang dan mencari gerombolan induknya.
Warga kodok melihat hewan itu langsung berhamburan lari ketakutan. Sapi melihat keramaian warga kodok semakin panik, dan bergerak tak karuan. Sapi juga ketakuatan, berlari tanpa arah yang jelas. Sehingga, tak sengaja menginjak-injak warga kodok.
Sang Raja Kodok melihat kejadian itu, dan melihat besarnya tubuh sapi tersebut, mukanya pucat pasi. Ketakutan.
"Ternyata ada hewan yang lebih besar darinya" Pikir sang kodok
Kakinya seperti terpaku. Tak mampu bergerak. Hanya mampu melihat warganya yang berlari berhamburan. Sapi yang panik tadi terus mempora porandakan pemukiman warga. Saat panik berlari, tak senagaja sapi tadi menginjak Raja Kodok, hingga tubuh Raja kodok meletus mengeluarkan isi perutnya.
Tubuh yang kekar tadi, kini sudah hancur, menyatu dengan tanah. Suara yang menggelegar tadi tak lagi keluar, mulut penuh dengan tanah. Raja kodok kini sudah ditelan waktu. Tak lagi berkuasa. Itu...
Muliono NS
0 Komentar