Negeri Yang Memendam: Dendam

Wahyudi El Panggabean (Tokoh Pers Riau dan Direktur Media Pjcnews.com)

Oleh: Wahyudi El Panggabean

Dendam adalah kebencian yang terpelihara.

Menyimpan kebencian dalam waktu lama, akibat terluka oleh tindakan atau perkataan orang lain, sebenarnya, merupakan hal manusiawi juga.

Maka, banyak di antara kita yang kemudian memendam dendam, karena sakit hati tak tertahankan.

Terlebih, dendam itu bersumber dari penghinaan yang sangat menyakitkan. Aktivitas memory-nya akan terus menerus mengerogoti jiwa.

Bisa jadi, sebuah dendam sudah berusia puluhan tahun. Seperti perlakuan yang menyakitkan dari seseorang ketika kita masih anak-anak,  dulu.

Wajar, jika para sejarawan skeptis, menduga arogansi massa saat ini, akarnya ada pada luka lama bangsa: di masa kelam, tahun 1965.

Bagi orang-orang pemendam demdam, akan sulit merasa "bahagia" karena kebahagiaan juga bersumber dari hati.

Memelihara kebencian dalam waktu lama, berarti membiarkan hati menjadi tempat racun amarah. Racun yang menjadikan bahagia mustahil tumbuh di sana.

Bagi pendendam: sensitif, pemarah, arogan, emosional, malah terkadang kurang toleransi dalam berkomunikasi. Ini di antara gejalanya.

Bagi mereka, yang punya kesempatan melampiaskannya, justru lebih berbahaya. Ada banyak, kasus pembunuhan bermotif dendam.

Lantas, apa dampak yang ditimbulkan dendam? So, tidak pernah meraih bahagia sejati, sudah pasti.

Dia begitu sensitif, karena selalu berusaha melindungi diri atas luka berkarat di dalam hatinya.

Kemudian, seorang pendendam memiliki jiwa yang lemah. Karena kekuatan terbesar jiwa manusia bersumber dari "cinta".

Sedangkan, cinta hanya layak tumbuh di area kebahagiaan. Anda akan bahagia jika Anda menjadi seorang Pecinta.

Pecinta hanya mungkin lahir dari hati yang steril dari bercak noda-noda kebencian.

Dalam kondisi labil begini, justru dendam dan kebencian menjadi wahana subur stress. Maka, berbagai jenis penyakit mudah tumbuh.

Dendam bisa menjadi block mental bagi seseorang. Blog mental menjadi penghalang mencapai kesuksesan hidup.

Strategi Menghapus Dendam.

Satu-satunya, metode epektif, membunuh dendam, yah: memaafkan. Tetapi, pelaksanaannya, tidak selalu berhasil.

Tidak mudah membuang tancapan paku dendam yang melekat utuh di hati kita. Ibarat paku, tertanam jauh ke dalam kayu.

Butuh, strategi khusus mengeluarkannya. Jangan sampai paku patah di dalam, sedangkan kayu sudah bertambah robek.

Apapun dalihnya, dendam harus dibuang. Caranya?
Kesatu: bertekad membersihkan hati, dengan memaafkan.

Ambil hikmah dari peristiwa nasa silam yang menjadi sunber dendam itu. Kita mesti yakin, segala sesuatunya, sudah menjadi Taqdir Tuhan.

Kita mesti bersedia, melihat sisi positif dari kasus yang menyingung perasaan kita.

 Yang membuat kuta dendam, sampai sekarang.
Nah, Tuhan, selalu punya cara khusus saat  mrmberi kita pelajaran. Tuhan sedang  mengirim hal terbaik dari masalah tersebut. Yakinlah.

Untuk itu, maafkanlah. Meminta maaflah kepada hati nurani kita, terlebuh dulu. Dengan dendam selama ini, kita telah menodai hati kita. Mengotori hati kita dalam waktu lama.

Ucapkanlah permohonan maaf ke hati nurani Anda dengan khusuk dan sungguh-sunguh. Harus benar-benar khusuk. Menangislah, bila perlu.

Kenapa harus minta maaf kepada hati kita? Nah, bukankah semua persoalan dunia ini, tergantung hati kita?

Dalam hal ini, kitalah sesungguhnya, yang menodai bathin kita dengan membeci orang, dalam waktu lama.

Kemudian, maafkanlah orang-orang yang menyakiti Anda. Dia hanya perantara Tuhan untuk memberi pelajaran bagi Anda. Ingat: setiap yang melukai, mendidik.

Kedua, jika metode di atas, belum juga mempan mainkan cara-cara berikut ini:

Tengah malam, antara jam 00.00 dengan jam 01.00 ambillah selembar kertas dan sebuah pena.

Tulislah surat kepada orang yang menyakitimu. Buat surat resmi, seperti biasanya Anda menulis surat. Harus ditulis tangan.

Ucapkan salam dan tanyakan kabarnya. Kemudian, jelaskan dalam surat itu bahwa Anda, masih merasa terluka dengan tindakannya, dulu.

Ceritakan secara detil dan lengkap peristiwa dan pembicaraan yang membuatmu terluka. Makin lengkap dan detil, makin baik.

Kemudian, katakan dalam surat itu, bahwa Anda telah memaafkannya. Memaafkannya dengan ikhlas.

Kemudian, bacalah surat itu  dengan suara lantang dan khusuk. Baca berulang-ulang, hingga menyentuh nurani dan mengundang butiran air dari mata.

Lantas, robeklah surat itu. Saya yakin,  Anda sudah merasa "plong". Dendam sudah terhapus. Hatimu sudah bersih...

Selamat berbahagia....**
Reações:

Posting Komentar

0 Komentar