Islampos |
Amir bin Amr bin al Akwa, adalah saudara dari Salamah bin Akwa, seorang remaja yang Rasulullah SAW menggelarinya sebagai Pasukan Pejalan Kaki Terbaik. Karena itu Amir pun lebih dikenali dengan nama Amir bin Akwa. Ketika terjun dalam perang Khaibar, dua bersaudara al Akwa dari bani Aslam ini bahu membahu memerangi kaum Yahudi.
Amir bin Akwa menyenandungkan suatu syair untuk membangkitkan semangat, “Kalau tidak karena engkau (wahai Muhammad), tidaklah kami mendapat hidayah, tidak shalat dan berzakat, kami dicukupkan dengan kelebihan engkau, maka turunkanlah atas kami ketenangan, Dan teguhkanlah kaki-kaki kami menghadapi musuh dalam peperangan ini.”
Nabi SAW diberitahu para sahabat tentang syair yang disenandungkan tersebut. Beliau menanyakan siapa penyenandungnya.
“Amir bin Akwa,” kata para sahabat.
“Semoga Allah akan mengampuni Amir,” kata Rasulullah SAW, suatu pertanda beliau senang dengan apa yang dilakukannya.
Tetapi para sahabat-pun menangkap pertanda pula. Jika beliau mengkhususkan doa pada seseorang dalam suatu pertempuran, pastilah ia akan menemui syahid. Amir memahami pula hal ini, dan ia menjadi sangat gembira dan bersemangat menggempur musuh.
Ketika pertempuran berkecamuk dengan sengitnya, muncullah Marhab, seorang pahlawan Yahudi yang sudah sangat dikenal di daerah Khaibar dan sekitarnya akan keberanian dan kepiawaiannya dalam adu senjata. Ia menantang duel sambil menyombongkan nama besarnya. Tanpa banyak pertimbangan, Amir meloncat ke hadapan Marhab sambil mengucapkan perkataan untuk mengimbangi kesombongan Marhab, “Penduduk Khaibar tahu, akulah Amir, pahlawan perang yang perkasa, menyerbu musuh seorang diri tanpa takut apa-apa…”
Dua orang yang tersebut bertempur dengan serunya, tampaknya kekuatan mereka berimbang. Pada suatu kesempatan, posisi Amir di atas angin dan sangat menguntungkan, ia siap memberikan pukulan terakhir dengan pedangnya untuk menghabisi perlawanan musuhnya tetapi, tanpa disadarinya, hulu pedangnya melentur dan ujung pedangnya berbalik mengenai ubun-ubun kepalanya sendiri hingga ia tewas seketika. Pasukan muslim yang melihat peristiwa tersebut spontan berkata, “Kasihan Amir, ia terhalang memperoleh mati syahid.”
Salamah bin Akwa yang berada tak jauh dari tempat saudaranya itupun merasa kecewa dan menyesal atas kejadian yang menimpa Amir. Ia beranggapan seperti kebanyakan sahabat lainnya, bahwa Amir mati karena bunuh diri, walau itu dilakukan tanpa sengaja. Tentulah ia kehilangan pahala berjihad dan kematian sebagai syahid.
Ketika perang pada hari itu usai, Salamah menceritakan peristiwa yang menimpa Amir kepada Nabi SAW sambil menangis, dan ia bertanya, “Wahai Rasulullah, benarkah pahala Amir gugur karena kematiannya tersebut?”
Rasulullah SAW dengan arif memberikan jawaban yang menentramkan, “Ia gugur sebagai pejuang (yakni mati syahid), bahkan ia memperolah dua macam pahala. Dan sekarang ini ia sedang berenang di sungai-sungai surga…”
Hati Salamah menjadi senang dengan penjelasan Nabi SAW, bahkan ‘pandangan tembus’ beliau atas saudaranya yang telah syahid tersebut meningkatkan semangatnya untuk terus berjuang membela panji-panji agama Allah.
Editor : Muliono Ns
Sumber: Islampos.com
0 Komentar