NM |
Waktu kecil suka sekali dengan hujan. Apalagi hujan di tengah hari jam 2an. Di situ bisa berkilah untuk tidak sekolah MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah). Alasan klasik, jika pergi akan di guyur hujan. Emak sangat tau dan paham itu. Makanya dia sediakan payung yang besar untuk mengantar aku tetap sekolah.
Muka masam dan wajah cemberut mengiringi langkah kaki untuk menuju sekolah yang jaraknya kurang lebih 1KM dari markas. Teman yang lain asik bermain air. Mereka tidak sekolah MDA, cukup sekolah umum saja. Sedikit iri saat itu, melihat mereka bahagia main lempar-lemparan tanah. Perang-perangan air, sesekali mengejekku dengan tatapan sinis mereka.
Hujan semakin lebat. Aku terus menyusuri jalan yang biasa aku lalui. Spertinya hanya aku yang menerpa hujan itu. Ini akibat fikiran positif Emak. Ah, sudahlah gumam dalam hati. Sekitar 20 menit berjalan kaki, sampailah di tempat aku menambah ilmu agamaku, MDA al-muhajirin. Ku amati sekitar, tak seorangpun yang ada. Hujan semakin lebat. Perasaanku sudah lain. Pasti kejadian satu bulan yang lalu akan terulang lagi. Kejadian, sekolah di liburkan akibat hujan lebat.
Benar saja, warga yang berada di dekat sekolahku memberitahunya,
"tak sekolah do, yo botul lobat ujan e. mano ado uang e. balik la" (tidak sekolah. Hujannya begitu lebat. Tidak ada orang, pulang saja lagi), ujar orang itu sedikit berteriak.
Aku tertegun. Putar arah, menyungsang jalan yang aku lalui tadi. Hujan tak memberikan kode untuk berhenti. Dengan muka lesu, aku selami hujan untuk pulang ke markas awal. Emak terlalu berfikir positif. Kan benar kata ku, kalau sekolah itu libur hari ini akibat hujan. Hehe
Penulis: Muliono Ns
0 Komentar